Saturday, May 19, 2007

Saudah Binti Zam'ah

Beliau adalah Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abdi Syams bin Abud Al-Quraisyiyah Al-Amiriyyah. Beliau juga seorang Sayyidah yang mulia dan terhormat. Sebelumnya pernah menikah dengan As-Sakar bin Amru saudara dari Suhair bin Amru Al-Amiri. Tiada hentinya ujian menimpa Saudah di negeri asing tempat hijrahnya untuk menyelamatkan aqidahnya tetapi ujian yang terberat ketika beliau harus kehilangan suaminya sang muhajirin.
Rasulullah menaruh perhatian yang istimewa terhadap wanita muhajirah yang beriman dan telah menjanda tersebut. Oleh karena itu tiada henti-hentinya Khaulah binti Hakim as-Salimah menawarkan Saudah untuk beliau disamping khaulah juga menawarkan aisyah putri abu bakar sebagai istrinya, hingga pada gilirannya beliau mengulurkan tangannya yang penuh rahmat untuk Saudah dan membantunya menghadapi kerasnya kehidupan. Apalagi umurnya telah mendekati usia senja sehingga membutuhkan seseorang yang dapat menjaga dan mendampinginya.
Rasulullah terlebih dahulu menikahi Saudah binti Zam'ah yang mana dia menjadi satu-satunya isteri beliau (setelah wafatnya Khadijah) selama tiga tahun atau lebih baru kemudian masuklah Aisyah dalam rumah tangga Rasulullah. Orang-orang di Makkah merasa heran terhadap pernikahan Nabi dengan Saudah binti Zam'ah. Mereka bertanya-tanya seolah-olah tidak percaya dengan kejadian tersebut, seorang janda yang telah lanjut usia dan tidak begitu cantik menggantikan posisi Sayyidah Khadijah wanita Quraisy. Saudah mampu untuk menunaikan kewajiban dalam rumah tangga Nubuwwah dan melayani putri-putri Nabi dan mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan di hati Nabi. Setelah tiga tahun rumah tangga tersebut berjalan maka masuklah Aisyah dalam rumah tangga Nubuwwah, disusul kemudian istri-istri yang lain seperti Hafsah, Zainab, Ummu Salamah dan lain-lain. Saudah menyadari bahwa Nabi tidak mengawininya dirinya melainkan karena kasihan melihat kondisinya setelah kepergian suaminya yang lama. Dan bagi beliau hal itu telah jelas dan nyata tatkala Nabi ingin menceraikan beliau dengan cara yang baik untuk memberi kebebasan kepadanya. Saudah memohon kepada nabi untuk tetap berada di sisi Beliau dan sebagai gantinya dengan memberikan giliran beliau kepada Aisyah untuk menjaga hati Rasulullah dan beliau sudah tidak memiliki keinginan sebagaimana layaknya wanita lain. Maka Rasulullah menerima usulan istrinya yang memiliki perasaan yang halus tersebut, maka turunlah ayat Allah: "Maka tidak mengapa bagi keduannya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)." (An-Nisa':128).
Sosok Istri seperti Saudah seharusnya dapat dijadikan teladan bagi kaum muslimah saat ini, karena keteguhan imannya sehingga dapat menghantarkan Dia memperoleh kedudukan mulia sebagai Ummul mukminin. Kasih sayang tulus dan kesabaran dalam mendidik putra putri Rasulullah semata-mata dilakukan demi kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya serta bentuk tanggung jawab seorang Isrti terhadap putra putrinya meskipun tahu bahwa yang ia didik dan ia besarkan bukanlah anak kandungnya. Semoga kisah Saudah dapat menjadi pelajaran bagi kita, kaum muslimah sebagai bekal berumah tangga. Amin
anisah

No comments: