Sunday, April 22, 2007

ABDURRAHMAN BIN ‘AUF TELADAN MENAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH

Kapan dan bagaimana masuknya orang besar ini kedalam Islam?. Abdurrahman bin ‘Auf masuk Islam pada saat-saat permulaan da’wah yakni sebelum Rasulullah SAW memasuki rumah Arqam dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan dengan para sahabatnya orang-orang mukmin. Abu Bakar datang kepadanya untuk menyampaikan Islam, setelah itu tak ada keraguan yang menjadi penghalang baginya untuk segera menemui Rasulullah SAW guna menyatakan keIslamannya. Dan semenjak keIslamannya sampai berpulang menemui Rabbnya dalam umur tujuhpuluh lima tahun, ia menjadi teladan yang cemerlang sebagai seorang Mukmin yang besar. Hal ini menyebabkan Nabi SAW memasukkannya dalam sepuluh orang yang telah diberi kabar gembira sebagai ahli surga.
Selama perjalanan hidupnya, ia diberikan kemudahan oleh Allah keberuntungan dalam perniagaan sampai suatu batas yang membangkitkan dirinya pribadi ketakjuban hingga dia berkata, “Sungguh, kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan dibawahnya emas dan perak…!. Dialah saudagar yang berhasil dan orang yang kaya raya. Keberhasilan yang paling besar dan lebih sempurna!. Namun di sisi lain, dialah seorang mukmin yang bijaksana, tak rela harta benda kekayaannya meninggalkannya dari kafilah iman dan pahala surga. Maka dialah r.a yang membaktikan harta kekayaannya di jalan Allah.
Pada suatu hari, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Ibnu ‘Auf! Anda termasuk golongan orang kaya… dan anda akan masuk surga secara perlahan-lahan…!. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah mempermudah langkah anda...!”. Semenjak ia mendengar nasehat Rasulullah ini, ia menyediakan bagi Allah pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran kepadanya dengan berlipatganda. Diserahkannya pada suatu hari limaratus ekor kuda untuk perlengkapan balatentara Islam dan hari yang lain seribu limaratus kendaraan. Menjelang wafatnya ia berwasiat limapuluh ribu dinar untuk jalan Allah, bagi orang-orang yang ikut perang Badar dan masih hidup masing-masing diberi empatratus dinar. Peristiwa yang satu ini saja, melukiskan gambaran kedermawanan seorang ’Abdurrahman bin ’Auf. Perniagaan baginya bukan berarti rakus dan loba. Bukan pula suka menumpuk harta atau hidupmewah dan ria’!, malah itu adalah suatu amal dan tugas kewajiban yang keberhasilannya akan menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berkurban dijalan-Nya. Inilah keteladanan yang seharusnya diikuti oleh kaum muslimin dalam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Demikian janji Allah, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui “ (QS. Al-Baqarah:261).

Ummu Syuraik

Agama Islam telah masuk di hati beliau saat masih di Mekah, ia mewakafkan hidupnya guna menyebarkan dakwah tauhid secara sembunyi-sembunyi kepada wanita-wanita Quraisy, beliau sadar cobaan dan siksaan telah menantinya dan siap menyerangnya setiap saat, namun tidak menjadikan beliau surut dalam berdakwah.
Selang berapa lama apa yang dilakukan oleh Ummu Syuraik pun diketahui oleh penduduk Mekah, merekapun menangkapnya dan berkata: “ Jika karena bukan kaummu, sungguh kami akan berbuat sesuatu kepadamu, akan tetapi kami akan mengembalikan kamu kepada mereka.”
Ummu Syuraik berkata: “Keluarga Abil-Akr (keluarga suaminya) telah mendatangiku.” Lalu mereka berkata: “Jangan-jangan engkau berada diatas agamanya(Muhammad)?” Ummu Syuraik berkata: “Demi Allaah, sungguh aku benar-benar diatas agamanyas(Muhammad).” Mereka berkata: “Tidak,demi Allah, sungguh kami akan menyiksamu dengan siksaan yang pedih.”
Kemudian mereka membawa Ummu Syuraik pergi dari rumahnya, mereka membawa Ummu Syuraik diatas onta yang lambat jalannya, yang merupakan sejelek-jelek kendaraan. Mereka memberi makan Ummu Syuraik berupa roti dan madu dan tidak memberikan setetes airpun,hingga jika matahari telah panas, mereka menurunkannya di padang pasir dan memukulinya. dan beliau ditinggal di panas matahari hingga hamper hilang akal, pendengaran dan penglihatannya, demikianlah beliau diperlakukan selama 3 hari,
Pada hari ketiga, orang-orang Quraisi itu memaksa Ummu Syuraik untuk meninggalkan agamanya, namun Ummu Syuraik berkata: “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar berada di atas agama tauhid dan sungguh kesulitan telah sampai kepadaku(namun) tiba-tiba aku mendapatkan sebuah timba yang diletakkan di dadaku lalu aku mengambilnya dan minum darinya satu kali nafas. Kemudian tempat air dicabut dariku lalu aku ikuti dengan pandangan, tiba-tiba timba itu telah tergantung diantara langit dan bumi dan aku tidak mampu meraihnya.
Kemudian diturunkan timba itu untuk kedua kalinya dan aku minum darinya satu kali tarikan nafas. Timba itu diangkat lagi dan aku ikuti dengan pandangan, tiba-tiba timba itu berada diantara langit dan bumi. Kemudian diturunkan kepadaku untuk yang ketiga kalinya, aku pun minum darinya hingga puas lalu timba itu dituangkan diatas kepalaku, wajahku dan pakaianku.”
Ummu Syuraik berkata: “mereka kemudian keluar, melihat (apa yang terjadi padaku) dan berkata: “Dari mana ini, wahai musuh Allah?” aku berkata kepada mereka: “Sesungguhnya musuh Allah itu bukan aku, (tetapi) orang yang menyelisihi agama-Nya. Adapun pertanyaan kalian dari mana ini? Maka ini adalah rizki dari Allah yang Dia rizkikan kepadaku. Kemudian mereka berjalan cepat menuju tempat mereka mendapati tali tempat air yang belum lepas, mereka berkata: “Kami bersaksi sesungguhnya Rabb-mu adalah Rabb kami dan sesungguhnya Dzat yang telah memberikan rizki kepadamu adalah Dzat yang telah memberikan rizki kepadamu di tempat ini setelah kami berbuat kepadamu apa yang kami perbuat. Dialah Dzat yang telah membuat syariat Islam.”
Kemudian mereka masuk Islam dan semua berhijrah kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam.
Demikianlah perjuangan Ummu Syuraik dalam mempertahankan aqidahnya dan mendakwahkan Islam, beliau tidak gentar meskipun beliau sadar akan siksaan yang akan menimpanya..beliau rela walaupun harus mengorbankan nyawa yang cuma satu-satunya…bagaimana dengan kita??? Apa yang telah kita korbankan untuk membela agama Allah ini???mampukah kita menjadi seperti Ummu Syuraik??? Mampukah kita berkorban apa saja demi tegaknya kalimat-kalimat Allah di muka bumi ini? Hanya kita sendirilah yang mampu menjawabnya…..wallahu ‘alam bishowab

Sunday, April 15, 2007

ZAINAB AL-KUBRA

Beliau adalah putri pertama Rosululllah dari Siti Khodijah yang dilahirkan sepuluh tahun sebelum ayah beliau diangkat menjadi nabi. Hampir sempurnalah sifat Zainab, sehingga dia disunting oleh sepupunya yaitu Abu Al ‘Ash bin Rabi’. Dia adalah orang terpandang di Mekkah dan nasabnya yang bagus.
Dalam usianya yang masih muda, Zainab mampu mengatur rumah tangga dengan baik, tampak kebahagiaan dalam rumah tangga Zainab. Pada saat Muhammad diangkat menjadi Nabi telah terjadi perubahan besar pada diri zaenab.
Setelah suaminya pulang dari perjalanan jauh, zaenab menceritakan perubahan tersebut, namun suaminya mensikapinya diam dan tidak bereaksi. Usaha zainab tidak ber henti begitu saja ia tiap hari berusaha meyakinkan suaminya, namun suaminya menjawab, “Demi Allah, bukannya saya tidak percaya dengan ayahmu, hanya saja saya tidak ingin dikatakan bahwa aku telah menghina kaumku dan mengkafirkan agama nenek moyang ku karena ingin mendapatkan keridhaan istriku." Sejak saat itu rumah tangga Zainab menjadi gelisah dan guncang.
Zainab tetap tinggal di Mekah saat kaum muslimin hijrah ke Madinah. Tatkala pecah perang Badar, Abu Al ‘Ash bergabung dengan kaum musrik memerangi kaum muslimin dan dia menjadi tawanan kaum muslimin. Kemudian Zaenab mengutus seseorang untuk menebus suaminya dengan harta dan kalung pemberian ibunya yang sangat berharga baginya. Rasul bersabda,”jika kalian melihatnya sebagai kebaikan maka bebaskanlah tawanan tersebut, dan kembalikanlah harta tebusannya maka lakukanlah.” Maka para sahabat membebaskan Abu Al ‘Ash dengan syarat tidak menghalangi Zaenab untuk berhijrah.
Sesampainya di Mekkah, Zaenab menyambut suaminya dengan suka cita, namun Abul ‘Ash tersirat rasa kesedihan dan mengatakan kepada istrinya,”aku datang untuk berpisah Zaenab.” Maka keluarlah Zaenab dari Mekkah meninggalkan Abu Al ‘Ash. Ia rela berpisah dengan suaminya yang sangat dicintainya untuk mempetahankan aqidah.
Pada saat Rasulullah shalat subuh, Zaenab memohon kepada ayahnya untuk mengembalikan barang-barang tawanan Quraisy. Abu Al- Ash mengembalikan barang tersebut seraya berkata, “wahai orang-orang Quraisy, masih adakah diantara kalian yang masih berada ditanganku dan belum diambil. Mereka menjawab tidak”. Kemudian ditempat inilah Abu Al Ash menyatakan masuk Islam. “demi Allah tiada yang menghalangi aku untuk masuk Islam di Madinah melainkan saya khawatir kalian menyangka bahwa aku hanya ingin melarikan harta kalian. Maka tatkala Allah mengembalikan barang-barang kaliandan sudah aku laksanakan tanggung jawabku, maka akupun masuk Islam”.
Akhirnya rumah tangga zaenab kembali bahagia dengan berlandaskan aqidah Islam. Satu tahun kemudian Zaenab meninggal meninggal dunia karena sakit yang membekas pada saat keguguran, Abu Al-Ash menangis hingga menyebabkan orang-orang disekitarnya turut menangis. Kemudian datanglah ayah Zaenab dan mengucapkan selamat tinggal. Semoga Allah merahmati Zaenab Al-Kubro binti Rasulullah SAW yang telah berjuang dan bermujahadah, semoga Allah membalas amalan beliau seluruhnya dengan balasan yang baik.
Demikianlah kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya telah membuat zainab meninggalkan suami yang dicintai untuk hijrah ke Madinah hingga akhirnya bersatu kembali karena suaminya memilih untuk meninggalkan kejahiliyaannya dan memutuskan untuk memeluk Islam. Sungguh kasih sayang yang terbentuk karena Allah dan Rasul-Nya akan lebih mulia dibandingkan kasih sayang kepada manusia yang hanya berlandaskan hawa nafsu belaka. Kasih sayang seperti yang telah dicontohkan oleh zaenab inilah yang harus dimiliki oleh para muslimah saat ini.